Garis Wallace Ditemukan Membelah RI 160 Tahun Lalu, Terungkap Alasannya Kini!

Jakarta – Meski tak terlihat, Indonesia selama ini ternyata terbagi menjadi dua bagian. Dua bagian ini dipisahkan oleh sebuah garis imajiner yang tercipta lebih dari 160 tahun yang lalu.
Namun, apa latar belakang kondisi yang menyebabkan kedua wilayah Indonesia ini bisa berbeda?

Garis ini tercipta setelah tabrakan benua yang terjadi perubahan iklim esktrem. Akibatnya spesies baik flora ataupun fauna di kedua sisi berpisah dengan cara berbeda.

Batas garis ini dikenal dengan Garis Wallace karena dipetakan oleh sosok yang dikenal sebagai Alfred Russel Wallace pada tahun 1863. Begini ceritanya dikutip dari Live Science dan IFL Science, Selasa (15/10/2024).

Asal Usul Garis Wallace
Pada tahun 1863, naturalis dan penjelajah Inggris Alfred Wallace melakukan perjalanan melintasi kepulauan Melayu. Dahulu kepulauan Melayu adalah sebuah rangkaian yang terdiri lebih dari 25.000 pulau antara Asia Tenggara dan Australia.

Garis Wallace terletak di antara Kalimantan dan Sulawesi. Hal ini menyebabkan Kalimantan memiliki spesies yang khas Asia sedangkan Sulawesi memiliki spesies campuran antara Asia dan Australia.

Ahli biologi evolusi di Universitas Nasional Australia Dr Alex Skeels menyatakan beberapa spesies seperti kanguru dan koala yang merupakan hewan endemik Australia tidak ditemukan di Kalimantan. Tetapi di Sulawesi yang berada di seberang Garis Wallace dan termasuk dalam wilayah Australia, kanguru mungkin ditemukan.

“Jika Anda bepergian ke Kalimantan, Anda tidak akan melihat mamalia berkantung (kanguru). Tetapi jika pergi ke pulau tetangga (Sulawesi) Anda akan melihatnya,” kata Skeels dikutip dari IFL Science.

Kehadiran Garis Wallace Diketahui
Usai kebingungan ini sebuah teori baru akhirnya muncul. Para peneliti mengatakan bahwa distribusi spesies tidak merata terjadi karena ada pembatas Garis Wallace. Pembatas ini disebabkan oleh perubahan iklim ekstrem karena aktivitas tektonik 35 juta tahun yang lalu.

Kejadian itu membuat benua Australia memisahkan diri dari Antartika. Pemisahan ini membuatnya menabrak Asia yang kemudian melahirkan Kepulauan Melayu dan kini termasuk Indonesia.

“Pada suatu titik dalam garis waktu bumi, Australia memisahkan diri dari Antartika dan selama jutaan tahun bergerak ke utara menyebabkan menabrak Asia,” ucap Skeels.

“Tabrakan itu melahirkan pulau-pulau vulkanik yang kita kenal sebagai Indonesia. Penelitian kami menunjukkan lebih banyak kelompok fauna Asia yang menyebrang dan menetap di Australia daripada di arah yang berlawanan,” tambanya.

Melalui studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science, para peneliti menggunakan model komputer untuk mensimulasikan keadaan. Mereka ingin mengetahui bagaimana hewan dapat dipengaruhi oleh efek iklim yang dipicu oleh tumbukan benua.

Model tersebut memperhitungkan kemampuan penyebaran, preferensi ekologi,dan keterkaitan evolusi lebih dari 20.00 spesies. Termasuk burung, mamalia, reptil dan amfibi.

Hasilnya ditemukan bila spesies yang berevolusi di Australia dengan keadaan alam kering dan gersang kurang mampu bertahan hidup di pulau-pulau tropis basah seperti Indonesia. Sedangkan sebaliknya, spesies dengan toleransi curah hujan yang lebih tinggi berhasil melakukan lompatan menyebrang ke Australia dan bisa bertahan hidup.

Tim berharap bahwa penelitian ini dapat digunakan untuk menginformasikan prediksi dan keputusan. Terutama terkait pola migrasi hewan yang berubah karena perubahan iklim.

“Model ini dapat membantu kita memperkirakan spesies mana yang mungkin lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Karena perubahan iklim bumi terus berdampak pada pola keanekaragaman hayati global,” tutup Skeels.

baca juga : Naksir Chery iCar 03? Siapin Duit Tanda Jadi Segini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *